“How to write is how to read”


Bagaimana caranya menulis adalah bagaimana caranya untuk membaca. Menulis tanpa informasi sama halnya makan angin. Dalam menulis, ada sesuatu hal yang akan disampaikan oleh penulis berupa informasi, gagasan, pemikiran, pendapat atu yang lainnya. Menulis telah digunakan sejak jaman dahulu kala sebagai penuangan pemikiran seseoang, dan cara berkomunikasi.
Pada awalnya komunikasi hanya terbatas pada lisan semata, namun berkembang menuju komunikasi tulisan dimana pada zaman dahulu kala setiap peradaban mempunyai tulisan nya sendiri- sendiri. Dimulai dari Bangsa Mesir kuno dengan tulisan Hierogliphnya, bangsa Sumeria dengan tulisan paku nya. Kesemua tulisan tersebut teutama tulisan Hierogliph mengandung informasi yang digambarkan dalam gambar- gambar atau symbol yang mewakili makna tertentu. Setiap satu symbol memiliki satu atau lebih makna, sehingga tulisan ini terkesan rumit dan sulit untuk dibaca.
Menginjak ke era selanjutnya dimana huruf sudah mulai berkembang, suatu symbol mewakili satu makna tertentu, misalnya pada huruf cina. Lalu kemudian berkembang huruf dimana satu symbol mewakili bunyi tertentu, dan bunyi yang ditimbulkan memiliki arti tersendiri. Begitulah, sampai sekarang ini, meski dunia internasional sepakat dengan bahasa internasional yaitu bahasa Inggrisnya, dan sepakat dengan penggunaan abjad alfabetis, setiap Negara dan bangsa mempunyai hurufnya masing- masing, misalnya bangsa Arab, China, Jepang, dan lainnya. Meski di Indonesia sendiri secara nasional telah menggunakan huruf alfabetis sejak awal, namun bangsa Indonesia dengan berbagai macam sukunya juga mempunyai huruf tersendiri, misalkan huruf jawa kuno huruf sunda kuno yang diajarkan di sekolah- sekolah.
Tujuannya
Kembali kepada hakikat huruf, frasa, kata dan karya tulis sendiri yaitu dimaksudkan dalam tujuan komunikasi tulisan. Penyampaian informasi dari suatu individu ke individu yang lainnya yang digunakan secara berkesinambungan, sehingga terjadilah sosialisasi dan peleburan pemikiran atara kedua belah pihak. Komunikasi tulisan ini dapat bersifat satu atau dua arah, misalkan satu arah yaitu artikel ini yang disampaikan pada pembacanya, meski nantinya terdapat kritik melalui komentar hal itu berbeda aspek. Dan contohnya dua arah yaitu pada komentar tadi.
Karya tulis ini telah berkembang pesat sedari zaman dahulu kala. Dan secara garis besar dibagi menjadi tulisan fiksi dan non fiksi. Fiksi yaitu literature yang dibuat melalui imajinasi penulisnya, bersifat khayal dan tak terjadi didunia nyata, hal ini dimisalkan pada karya tulis sastra yang fiksional. Non fiksi yaitu literature yang berdasarkan pada kenyataan, dan fakta yang terjadi di dunia nyata.
Secara lebih umum lagi karya tulis dibagi berdasarkan sifat atau ragamnya, berupa karya tulis ilmiah, dan karya tulis non ilmiah. Karya tulis ilmiah yaitu karya tulis yang pasti bersifat non fiksi yang didalamnya dibahas tentang suatu permasalahan yang dikaji secara ilmiah, yaitu dengan metode, analisa, pendataan yang terstruktur. Misalkan saja, jurnal ilmiah, artikel berita, Buku ilmiah, Karya tulis ilmiah, skripsi, dan sebagainya. Sedangkan karya tulis non ilmiah adalah literature berupa tulisan yang bersifat bebas, umumnya berupa sastra, missal cerpen, poem, novel dan sebagainya, meski ada beberapa karya sastra yang bersifat non fiksi.
Literatur Kita
Penulisan suatu karya tidak hanya semudah memencet tombol di keyboard ataupun menggores tinta di kertas. Perlu suatu maksud dan tujuan tersendiri, atau tujuan utama, atau juga disebut latar belakang penulisan apapun jenisnya itu. Latar belakang atau motif penulisan sendiri terdiri dari dua hal, yaitu motif luar dan motif dalam.
Motif luar, merupakan latar belakang ditulisnya suatu literature yang tak terpaut pada literature tersebut (kontekstual), namun terpaut pada penulisnya, yaitu keinginan pribadi penulis yang menyebabkan menulis literature tersebut. Misalkan saja, penulis ingin lulus studi, maka ia menulis skiripsi, penulis ingin pembacanya mengerti isi hatinya lalu ia menulis puisi. Motif tersebut bergantung pada penulis.
Motif dalam (teks), bersifat latar belakang dari teks literature tersebut. Misal, karya ilmiah uji limbah tujuannya untuk meneliti kandungan limbah sungai tertentu, suatu cerpen mempunyai tujuan untuk menyampaikan alur cerita tertentu. Motif tersebut terdapat pada teksnya.
Proses
Dalam penulisan suatu literature maka untuk menghasilkan suatu yang bermanfaat dan mengandung informasi yang dapat membantu maka dalam proses pembuatannya membutuhkan pengkajian yang matang. Pengolahan data yang terstruktur serta penyajian yang menarik. Setiap jenis literature mempunyai karakteristiknya masing- masing juga dalam proses ‘kelahiran’nya juga khas dalam setiap jenisnya.
Untuk literature ilmiah tak sembarangan dalam penyajiannya, dikarenakan literature ini perlu data yang mendukung dann otentik untuk memperkuat kebenarannya. Salah satu sifat karya tulis ilmiah adalah dapat dipertanggung jawabkan kebanarannya, maka selain dari pengalaman empiric, sumber literature dan pengalaman lab pun harus dicantumkan dalam karya tulis ilmiah ini. Sumber literature dapat dicantumkan dalam daftar pustaka, ataupun kutipan- kutipan yang disisipkan dalam teks datanya.
Berbeda halnya dengan literature non ilmiah, yang tidak butuh data yang begitu terperinci dan terstruktur. Literatur non ilmiah dapat berupa non fiksi yaitu berdasarkan kenyataan, dalam hal ini data yang dibutuhkan hanya garis besarnya saja dan menyangkut dalam hal- hal pentingnya, misalkan saja dalam penulisan biografi, data yang dibutuhkan hanyalah alur hidup secara rinci yang meliputi peristiwa penting, serta data- datakhusus misalnya tanggal dan sebagainya, yang kesemua itu dikaji secara historis bukan melalui analisis ilmiah. Namun dalam hal penulisan literature non ilmiah dan fiksi, hal yang dibutuhkan hanya imajinasi, penyelarasan fikiran dengan logika, kemampuan bahasa, serta struktur teks yang dilahirkan, hal itu terjadi pada lahirnya karya sastra dimana penulisnya hanya memutuhkan pengkajian secara mendalam tentang imajinasi dikepalanya yang dituangkan dalam bentuk satrta, sperti poems, cerpen, novel dsb.
Pengalaman
Kesemua hal yang menyangkut penulisan literature ilmiah maupun non ilmiah, kesemuanya membutuhkan referensi. Meski dalam non ilmiah reerensi terkadang tak terlalu dibutuhkan, namun hal yang dibutuhkannya bukan berupa data yang terperinci dan otentik, namun intisari dari pengalaman yang termuat dalam referensi.
Jika penulis ingin membuat suatu cerpen yang berlatarkan eropa pada tahun 70an, maka sebaiknya referensi yang ia baca adalah buku yang memuat sejarah pada zaman tersebut. Jika seorang sastrawan ingin membuat poems hendaknya ia belajar, dan menyukai satu atau lebih karya dari sastrawan terkenal. Sama halnya dengan literature ilmiah, data dari referensi akan mendukung hasil analisa yang disimpulkan sehingga data seolah real.
Semua orang memang dapat berfikir akan suatu hal yang ingin ia fikirkan secara mendalam, namun hal tersebut dibutuhkan ilmu dan kemampuan yang cukup, tanpa itu hanyalah permainan kata saja yang mengambil peran. Seorang filsuf melahirkann fislafat akan suatu hal yang ia fikirkan oleh kepalanya sendiri, namun dengan berbagai pengalaman dan ilmu yang ada dalam kepalanya, pendapatnya akan lebih matang.
Setiap orang hingga saat dirinya ada ekarang ini, mempunyai kemampuan yang berbeda dengan pengalaman yang berbeda pula. Dalam memikirkan dan menyimpulkan suatu hal pula berbeda- beda tergantunng pada pengalaman dan pengetahuannya, semakin banyak yang ia tahu, maka semakin matang dalam menyimpulkan sesuatu.
Begitu halnya dengan menulis, kita tidak bisa menulis dengan jari tangan saja, namun butuh pemikiran untuk berfikir apa yang kita tuliskan, serta membutuhkan hati untuk menyenanginya sehingga dapat berkesinambungan. Pengalaman- pengalaman, referensi serta pengetahuan yang dimiliki sengaja atau tidak akan terkesktraksi begitu saja dalam tulisan sedikitnya memberikan gambaran tentang bagaimana si penulis itu sendriri.
Maka, membaca demi menambah pengetahuan sangatlah penting, itu yang perlu disadari. Pengalaman seseorang atau orang lain dapat mengupgrade pemikiran kita. Literatur yang dibaca juga dapat mengupgrade pemikiran kita, maka referensi dalam penulisan suatu karya sangatlah diperlukan. Itu lah yang dimaksudkan menulis sebagaimana kita membaca. Tulisan kita mengekstraksi yang kit abaca.
Dan kata baca ini mengandung arti yang luas, bukan hanya literature dari referensi, namun semseta yang lebih luas beserta segala aktifitas yang terjadi yang harus kit abaca ekstraksilah dbersama pemikiran serta tuangkan dalam bentuk tulisan.
Mari kita memulainya.