Hal pertama saat kita ingin mencerna suatu ilmu adalah, dengan membuka fikiran. Dengan membuka fikiran kita, maka informasi, sugesti, sugesti, perasaan, citra lingkungan juga kepekaan akan dapat dengan mudah masuk kedalam pemikiran kita. Meresap seperti Kecap hitam ke bumbu masakan, jika kita membuka fikiran kita layaknya pintu yang terbuka.

Membuka fikiran dengan melatih kepekaan terhadap lingkungan, serta merasakan kekurangan diri serta menginginkan untuk memperbaikinya. Keinginan untuk memperbaiki diperlukan, agar hati dapat ikhlas menerima segala perbaikan serta motivasi sehingga pintu akan terbuka, dan pemikiran kita berkata ‘Ya, Aku siap .’ siap untuk dikomentari, dinasehati, diberi materi, atau diberi motivasi.

Membuka pemikiran adalah satu cara, langkah awal untuk membuka diri. Suatu langkah awal untuk memperbaiki, dan menjadikan diri menjadi lebih baik. 

Didunia ini banyak manusia yang dilahirkan, dan menjalani hidupnya. Banyak individu dengan jati diri yang berbeda, banyak kepala dengan berbagai ide yang berbeda. Ide- ide tersebut saling berinteraksi, saling menyapa, bersinkronasi, beresonansi, dan juga saling menjatuhkan, saling mendukung itu yang terjadi di dunia ini sehingga muncullah suatu akibat, serta kejadian dari hal yang terjadi tersebut.

Begitu banyak ide di dunia ini, maka cobalah memahami ide- ide yang lainnya. Membaca buku ketika waktu luang, mungkin terlalu mainstream, mungkin bias diganti dengan olahraga pagi. Olahraga pagi di waktu hari mulai terbit, mungkin lebih baik jika pergi ke masjid. Mencoba hal- hal yang baru tidaklah salah, selama tidak bersinggungan dengan pelanggaran moral yang berlaku, serta yang dipercayai.

Setiap pemikiran yang kita punyai, adalah persepsi kita sendiri tentang dunia yang kita lihat. Mengapa tidak mencoba melihat dari mata orang lain. Melihat gunung dari bawah saat bangun pagi, kenapa tidak melihatnya dari bulan saat malam hari? Melihat dengan mata orang lain adalah sesuatu yang tak mungkin, maka tanyakanlah tentang masalah yang ingin dilihat dari sudut pandangnya, tentunya dengan mendengarkan kita akan mengetahui hati dan pemikiran seseorang akan memandang sesuatu. Tidaklah salah pendapat seseorang, pemikiran atau perkataannya, selama ia meyakini apa yang ia katakan, jangan langsung menjudge atau menutup telinga tanpa melihat kenyataan terlebih dahulu, dengarkan, lalu renungkan, tentu kesemua itu ada hal yang dapat diambil dari semua halnya. 

Keras, hati dan kepala. Tak selamanya baik, dan tak selamanya buruk pula. Namun keras hati dan keras kepala dengan memandang buruk orang lain itu yang tidak ada baiknya. Semuanya masih mungkin sampai waktu menghentikannya. Masih banyak hal untuk dimengerti, jadi mengapa menutup hati, masih banyak hal untuk dipelajari, jadi mengapa merasa cukup?

Semuanya mengantarkan kepada kerendahan hati, dan rasa syukur akan diri. Karena dengan menjadi seorang yang begitu, semoga jadi pribadi yang menyempurnakan diri.
let it be.