"Terkadang, kanvas kosong lebih baik dari lukisan yang indah."


Kanvas kosong bersih putih belum ternodai. Dari sana berjuta kemungkinan yang tak terbatas dari wujud bentuk dari lukisan dapat tercipta. Dan kita pelukisnya, maka mulailah melukis segala yang diinginkan dan di fikirkan, dari situ sebuah proses yang disebut 'melukis' dapat terwujud. Dalam proses tersebut, berbagai macam rintangan datang, mulai dari tangan yang pegel, bingung mau ngelukis apa, gambarnya jelek dapat terwujud. Saat gambarnya jelek, kita tidak bisa menghapus gambar tersebut, ada dua cara yaitu kita mengganti dengan kanvas baru, dan kita memperbaiki kesalahan tersebut dengan menimpa gambar dengan gambar yang baru. Ya, kita memang harus bisa bekerja sama dengan si kanvas untuk membuat lukisan yang bagus, dan harus optimis. Saat pelukis pengen ngelukis karena dapet inspirasi, tapi si kanvas ga ada jadi mau ngelukis dimana, begitu pula jika kanvas tersebut sudah terisi lukisan, mau dilukis apa lagi. Maka kanvas yang kosong dan putih dan ketersediaannya lebih baik dari pada lukisan indah yang udah jadi.

Dalam proses lukisan tersebut ada halangannya dan rintangan, halangan tersebut bisa dijadikan inspirasi yang baru bagi pelukis. Misalkan ketika melukis, hujan gede datang, jemuran belum diambil, maka sepulangnya dari mengambil jemuran, sang pelukis dapat inspirasi buat melukis hujan. Kesalahan dalam ngelukis juga dapat jadi inspirasi, intinya dalam proses ngelukis tersebut kita dapat belajar.

Kalo lukisan itu udah beres, hasilnya bakal memuaskan karena itu murni karya kita sendiri. Bukan hasil orang lain. ya begitulah.

Beda kalo kita beli lukisan dari pasar yang udah jadi, tinggal di pajang aja. Rasanya kurang greget. Kita bisa melihat keindahannya, tapi kurang puas juga karena kita cuma jadi pembeli bukan jadi pelukis. Tinggal pajang, udah.

Ya, hal ini dapat dianalogiin dalam beberapa hal. Termasuk hal yang lagi penulis fikirin.