Archive for Mei 2013
(sumber gambar ; blog3hari.blogspot.com)
Dari dahulu penulis menuliskan segala hal yang ingin di tulis. Namun belum sempat menceritakan tentang sesuatu yang sedang penulis jalani, yaitu kuliah.
Kuliah, atau di bahasa inggrisnya adalah College, adalah proses pembelajaran diakademis yang tingkatannya paling tinggi, meski dibagi lagi menjadi program- program Diploma, Sarjana, S2, dan S3, atau S4 (kalau ada), kita dapat sebut hal itu semua sebagai proses pembelajaran kuliah.
Hello Brooo??
Balik lagi sama Nur, penulis Blog ni.
Setelah sekian lama blog 'Stairway to Heaven' berkutat dengan tema yang 'Dark', aga Fresh jika kali ini penulis mengubah tampilan warnanya dengan tema yang baru. Blue, Blue.
Meskipun temanya Blue, tapi ini bukanlah situs Blue beneran.
Kenapa Blue?
Pada Hakikatnya, biru muda lebih menggambarkan pada langit yang luas, suatu hal yang tepat berada di atas kita (You Don't Say?!). Ya, langit yang luas dikala siang hari, langit pagi hari sangatlah indah dilihat sekitar pukul 07.00 sampai sekitar 10.00, diatas waktu tadi langit tetap biru, cuma agak panas, jadi ga enak liatnya.
Gutten Morgen.
Selamat pagi, wahai lalat di kantin Pujasera, kamu udah makan apa hari ini? Sementara orang botak berkupluk didepanku sudah beberapa kali melahap paha ayamnya, dengan tambahan beberapa butir nasi goreng yang dipesan dari kantin langganannya, begitu juga saya hanya ikut saja memesan karena tak ada yang mau dipesan dan pusing juga saat memilih makanan dikala lagi lapar.
Banyak hal yang ingin ku ceritakan pada lalat pagi yang belum juga sarapan, dikarenakan tong sampah masih kosong, juga tak banyak makanan untuk dimakan. Beberapa piring yang tersisa juga tak banyak menyisakan nasi atau lauk pauknya, namun aku sisakan beberapa butir nasi goreng yang beberapa detik aku makan tadi. Memang hidup itu berat kawan, tapi kepakan sayapmu terlihat ringan membawa berat tubuhmu. Tak seperti aku yang berat dan tak punya sayap.
Ada hal yang ku tanyakan pada teman- teman mu yang sedang nongkrong di atas meja dan dibawah sinar mentari pagi. Kenapa mereka bisa begitu ringan terbang di dunia ini, dan kalian tak kurang satu kawanpun untuk terbang dikala lalat hanya dianggap hama yang harus dibasmi, dan adalah makhluk yang menjijikkan dikala melihat kaian berkerumun bersama- sama.
Kamu kenal nyamuk di kosan ku? yang setiap hari siang dan malam menemaniku kala bersantai, juga kadang hinggap mengajak ngobrol tanganku yang lagi gatal, terkadang juga mereka mati ditangan. Kemarin, beberapa temannya telah mati terkapar sehingga koloni mereka menjadi sedikit, beberapa juga terbang kabur sempoyongan dan akhirnya mati diterpa angin, beberapa juga mengungsi di balik pakaian- pakaian ku yang menggantung sehingga aku harus menyapa mereka dengan obat nyamuk elektrik dan aku jadi sering bersalaman dengan tangan terbuka kemereka, beberapa terlalu senang menerima sambutanku lalu akhirnya mati.
Pernahkah kau mengalami seperti itu? Tak seperti mereka kau terlihat bebas disini, tanpa beban dan terbang berlalu lalang. Jikalau saja nyamuk yang terbang berlalu lalang dan berserakan, maka tangan- tangan yang ingin berkenalan akan mengejar mereka, bukan begitu? Namun, tak seperti kalian, tangan- tangan itu begitu dingin untuk memukuli atau sekedar berkenalan dengan kalian.
Mau apa lagi. Ada hal yang kusimpulkan tentang kalian bersama dengan bau rerumputn yang terpangkasi di pagi hari ini.
Lalat sekali mengepakkan sayap ia hilang entah pergi kemana, mereka selalu berpindah dan tak pernah diam sedetikpun, tangan- tangan yang usil akan menyerah begitu saja untuk berkenalan atau memukul mereka. Saat mereka bergerak, mereka tak berisik, bergerak dengan diam tanpa mengganggu orang disekitarnya tak seperti nyamuk yang bergerak, terbang selalu membuat berisik dan risih orang disekitarnya.
Lalat tahu tempat mereka, dan orang- orang juga tahu tempat lalat, dan tempat manusia dengan lalat sangatlah berbeda sehingga tak saling mengganggu. Saat lalat berada ditempatnya (tong sampah), manusia tahu itu dan itu tak mengganggu karena manusia tak akan mendatangi tempat seperti itu. Saat lalat masuk rumah manusia, lalat yang mengganggu, namun ketika manusia yang masuk rumah lalat (tong sampah) manusia itulah yang mengganggu lalat. Berbeda dengan nyamuk, ia tinggal dan hinggap dimanapun mereka suka, itulah hal yang mengganggu manusia.
Lalat mengajarkan manusia akan arti sebuah kebersihan, dan menjadi parameter kebersihan manusia tersebut. Saat lingkungan kotor, lalat akan tertarik dengan hal itu maka manusia akan bertindak bukan dengan mengusir lalat namun memperbaiki kekotoran tersebut sehingga lalat tidak akan hinggap lagi. Lalat tak hinggap di tempat yang bersih, dan manusia tak tinggal di tempat yang kotor. Itulah hal yang membedakan dunia kita berdua.
Terlepas dengan pandangan seluruh manusia, bahwa lalat adalah binatang yang kotor dan menjijikkan. lalat tetap terbang dengan ringannya, membawa tubuhnya dengan sayap yang menari tanpa tertiup angin.
Beberapa hal yang ku pelajari dari lalat yang sedang terbang. Dan yang ku tahu lagi, bahwa mereka ingin hidup dan ingin tetap hidup, dan mereka juga telah mengetahui diri mereka, dan tempat mereka berasal. Tak seperti manusia, yang terus mencari dan mencari sampai akhir hayatnya.
"Terkadang, kanvas kosong lebih baik dari lukisan yang indah."
Kanvas kosong bersih putih belum ternodai. Dari sana berjuta kemungkinan yang tak terbatas dari wujud bentuk dari lukisan dapat tercipta. Dan kita pelukisnya, maka mulailah melukis segala yang diinginkan dan di fikirkan, dari situ sebuah proses yang disebut 'melukis' dapat terwujud. Dalam proses tersebut, berbagai macam rintangan datang, mulai dari tangan yang pegel, bingung mau ngelukis apa, gambarnya jelek dapat terwujud. Saat gambarnya jelek, kita tidak bisa menghapus gambar tersebut, ada dua cara yaitu kita mengganti dengan kanvas baru, dan kita memperbaiki kesalahan tersebut dengan menimpa gambar dengan gambar yang baru. Ya, kita memang harus bisa bekerja sama dengan si kanvas untuk membuat lukisan yang bagus, dan harus optimis. Saat pelukis pengen ngelukis karena dapet inspirasi, tapi si kanvas ga ada jadi mau ngelukis dimana, begitu pula jika kanvas tersebut sudah terisi lukisan, mau dilukis apa lagi. Maka kanvas yang kosong dan putih dan ketersediaannya lebih baik dari pada lukisan indah yang udah jadi.
Dalam proses lukisan tersebut ada halangannya dan rintangan, halangan tersebut bisa dijadikan inspirasi yang baru bagi pelukis. Misalkan ketika melukis, hujan gede datang, jemuran belum diambil, maka sepulangnya dari mengambil jemuran, sang pelukis dapat inspirasi buat melukis hujan. Kesalahan dalam ngelukis juga dapat jadi inspirasi, intinya dalam proses ngelukis tersebut kita dapat belajar.
Kalo lukisan itu udah beres, hasilnya bakal memuaskan karena itu murni karya kita sendiri. Bukan hasil orang lain. ya begitulah.
Beda kalo kita beli lukisan dari pasar yang udah jadi, tinggal di pajang aja. Rasanya kurang greget. Kita bisa melihat keindahannya, tapi kurang puas juga karena kita cuma jadi pembeli bukan jadi pelukis. Tinggal pajang, udah.
Ya, hal ini dapat dianalogiin dalam beberapa hal. Termasuk hal yang lagi penulis fikirin.
Memasuki awal bulan Mei, maka kita
akan disambut oleh rentetan dua hari besar. Yaitu Hari Buruh Internasional yang
jatuh pada tanggal 1 Mei dan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei.
Rentetan hari tersebut merupakan peringatan atas peristiwa sejarah yang dapat
merubah sistem di dunia maupun Negara kita menjadi sistem yang lebih baik.
Mengenai Hari Pendidikan Nasional yang
jatuh pada tanggal 2 Mei. Dimana pada tanggal tersebut telah lahir seorang
pemuda Indonesia pada tahun 1889 bernama Raden Mas Soewardi
Soeryaningrat atau dikenal Ki Hajar Dewantara sosok pelopor pendidikan di Indonesia.
Mengenang pada masa penjajahan Belanda
atas Bangsa Indonesia dahulu, dimana hak pendidikan dimonopoli oleh kalangan
bangsawan Belanda saja, sehingga kaum pribumi Indonesia menjadi terpuruk dalam
kebodohan. Meskipun hanya segelintir warga pribumi yang boleh masuk ke jenjang
pendidikan itu tak akan mengambil peran lebih diakibatkan hanya kaum
konglomerat dan bangsawan pribumi saja yang berpendidikan, sedangkan rakyat
jelata terus menjadi bodoh dan mau saja menuruti kehendak Belanda yang semena-
mena terhadap Bangsa Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara merupakan penulis
yang inspiratif pada zamannya, karya- karyanya memupuk semangat nasionalisme
serta menumbuhkan rasa anti kolonialisme pada pembacanya. Salah satu karyanya
yaitu kalimat filosofis “Ing Ngarso Sun Tulodo” (Dari depan member teladan) “Ing
Madyo Mangun Karso” (Dari tengah member bimbingan), “Tut Wuri handayani” (Dari
Belakang Memberi Dorongan), itulah kalimat filosofis dari Ki Hadjar Dewantara
yang menggambarkan sikap seorang guru dalam memberikan pelajaran serta
pengajaran yang baik kepada murid ajarnya.
Salah satu tulisan beliau juga isinya
mengkritik sikap Belanda yang melakukan perayaan kemerdekaannya yang lepas dari
penjajahan Prancis pada November 1913 yang dirayakan di Indonesia dengan
menarik uang dari Bangsa Indonesia. Tulisannya yaitu Als Ik Eens Nederlander Was
(Seandainya Aku Seorang Belanda) dan petikannya sebagai berikut:
"Sekiranya aku seorang Belanda,
aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita
sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu
saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya.
Ayo teruskan penghinaan lahir dan
batin itu! "Kalau aku seorang Belanda" Apa yang menyinggung
perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa
inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada
kepentingannya sedikitpun".
Karena tulisannya tersebut, Ki hadjar
Dewantara dibuang oleh Gubernur Jendral Idenburg ke Pulau Bangka tanpa proses
pengadilan. Namun berkat dukungan dari Douwes Dekker dan Cipto Mengoenkusumo,
beliau di asingkan ke Belanda. Dan sepulangnya dari sana Beliau mendirikan
Taman Siswa.
Ki Hadjar Dewantara mempelopori berdirinya aal Onderwijs
Instituut Tamansiswa (Perguruan Taman Siswa) pada tahun 3 Juli 1922. Taman
Siswa ini merupakan konsep pendidikan pertama yang ada di Indonesia. Bagi Taman
Siswa, pendidikan adalah media menuju tujuan sebenarnya yaitu perjuangan
mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dengan pendidikan, maka Bangsa Indonesia
menjadi Bangsa yang merdeka, merdeka di Jiwa, Raga, serta Fikirannya dan mampu
berfikir bebas untuk mencapai tujuan kemerdekaan Indonesia.
Munculnya Taman Siswa ini tak semerta
dibiarkan saja oleh pemerintah Kolonial
Belanda, banyak hambatan yang menghalangi perkembangan Taman Siswa ini,
dikarnakan pemerintah kolonial Belanda sendiri khawatir kan pergerakan anak
Bangsa Indonesia ini. Namun Banyak dukungan yang mengalir dari organisasi
Kemerdekaan Indonesia yang mendukung Taman Siswa ini. Meski dalam kekangan
Pemerintah Belanda, pergerakan Taman Siswa telah mampu mendirikan cabang 175
cabang yang tersebar di sekolahnnya ada 200 buah, dari mulai sekolah rendah
hingga sekolah menengah pada tahun 1935.
Begitulah perjuangan Ki Hadjar
Dewantara dalam memperjuangkan Pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang mampu
mengantarkan murid didik dalam kemerdekaan jiwa dan raga, serta pemikiran yang
membebaskan mereka dari kebodohan yang terus sengaja di kekang oleh pemerintah
kolonial Belanda, sehingga Bangsa ini terus tertindas dalam jajahan
kolonialisme.
" Aku tak pernah melihat gelap meski terlelap atau meski bersalah jua. Sebab setelah senja matahari kembali kejurang barat, akan terbit sabit selengkung senyummu. Dan itu penerang ku"
(i)
(c) nurhidayat notes 2013. Diberdayakan oleh Blogger.