Welcoming
to the September- eh udah Oktober lagi :
Kenapa Waktu Terasa Begitu Cepat?
It’s pass a half of this month.
Setelah agustus adalah bulan tanpa kabar, dimana
blog ini telah dilanda suatu wabah penyakit yang tak tau asal muasalnya. Maka demi sepati tukang semir yang setiap
hari di semir, penulis bukannya mati atau ketabrak mobil ambulan yang di tarik
onta. Namun, memang penulis memang waktunya tak semahal tahu tempe di warteg
bahari, jadi langsung habis dilahap banyak kegiatan yang harus dijalani.
Kalau difikir- fikir, liburan bulan agustus
hanyalah beberapa minggu setelah lebaran. Dikarenakan liburan yang sesungguhnya
adalah nonton tivi dan sambil makan cemilan kueh lebaran, namun belum sempat
menikmati saat- saat epic tersebut, botol- botol coca- cola, seprit dan Fanta
di lemari es telah terganti dengan tumpukan botol bajigur yang tak tahu dari
mana asal muasalnya.
Dan hal itu adalah tanda- tanda, namun bukan tanda hari
kiamat, tapi kalo liburan telah abis terutama bagi pedagang bubur.
Karena hari tanpa pedagang bubur adalah hari
tanpa nafas yang di hirup dari lubang hidung yang penuh bulu. Atau cahaya
mentari pagi yang melintas diantara jemuran- jemuran basah yang masih
menggantung. Kalau hidup hanya sepanjang jalan dimana tukang batagor
berkeliling komplek di sore hari, maka itu belum seperempatnya.
Dan belum juga penulis selsesai dengan urusannya
dengan tulisannya di bulan September, waktu juga gak kerasa udah jadi bulan
Oktober juga. Maka penulisa jadi mengganti judul tulisannya dengan, “Welcoming September-
eh udah Oktober?”. Berarti udah satu bulan penulis menulis tulisan yang ditulis
namun tak bertinta, tulisan tak bergores, namun diketik. Dengan jari- jari yang masih basah kena balsam habis ngerok.
Hal yang di rasakan adalah bagaimana waktu
terasa cepat berlalu begitu saja.
Waktu adalah hal yang penting dalam kehidupan,
karena kehidupan itu adalah waktu itu sendiri. Umur kita yang begitu telah
ditetapkan, terhitung dalam waktu. Setiap nafas yang dihembuskan adalah waktu
yang menghitung. Namun, kenapa waktu dapat berlalu begitu saja.
Pada dasarnya ukuran waktu diseluruh titik di
permukaan bumi, semuanya sama. Satu detik di amerika dengan satu detik di
india, sama saja lamanya. Ukuran waktu itu sendiri ditetapkan oleh lembaga
Internasional definisis satu detik sama besarnga dengan bergetarnya Suatu atom Caesium
sebanyak beberapa kali.
Menurut Teori Relativitas, waktu itu relative.
Lamanya tak sama dalam keadaan- keadaan tertentu. Misalnya waktu akan berlaku
semakin lambat pada benda yang bergerak dalam kecepatan cahaya. Begitu juga
waktu akan terasa semakin melambat pada benda yang bermasa massif. Waktu jika
kita berada di bumi, dengan waktu di matahari akan terasa lebih lama jika kita
berada di matahari, karena massa matahari lebih besar dibandingkan dengan bumi.
Lain halnya dengan benda ‘Black Hole’ yang dapat
menghentikan waktu disekitarnya. Di dekat lingkungan blackhole terdapat spot
dimana waktu berhenti seluruhnya, spot tersebut disebut ‘horizon peristiwa’.
Kenapa demikian? Karena ‘Black Hole’ sendiri memiliki massa yang sangat massif,
sehingga dengan massanya yang sangat
besar dapat mampu menyedot cahaya yang ada disekelilingnya. Dalam prosesnya,
semakin dekat cahaya yang lewat, akan semakin tersedot, aka nada jarak dimana
cahaya hanya melayang- laying disekitarnya dan tanpa bergerak sehingga waktu
disana terhenti. Hal itulah dimana massa, ruang, waktu, dan cahaya ikut andil
dalam keadaan tersebut.
Namun, sehari- hari kenapa kita merasakan waktu
berlalu begitu cepat?
Itu hal yang berbeda lagi dengan fenomena
diatas, jika yang dijelaskan diatas adalah fenomena alam, maka hal yang ini
adalah fenomena psikologi. Pertanyaan dasarnya adalah hal apa yang kita lakukan
untuk memanfaatkan waktu tersebut.?
Hari yang cerah kita awali dengan bangun pagi,
sarapan, mandi gosok gigi, dan sekolah/ kuliah, beraktifitas, makan siang,
sholat, mandi lagi, mengerjakan tugas, lalu tidur lagi. Begitu seterusnya namun
beda lagi kalau di waktu libur, kegiatannya bangun tidur, sarapan tidur lagi.
Kenapa waktu terasa begitu cepat, salah satunya
adalah kita menggunakan waktu kita dengan menjalankan rutinitas sehari- hari
yang sama saja disetiap minggunya, (monoton). Kegiatan inilah yang membuat
waktu kita terasa cepat. Kegiatan monoton akan terekan di otak kita sebagai
waktu yang ‘biasa’, dan hal yang biasa biasanya tak dapat perhatian yang lebih
sehingga dibiarkan berlalu saja.
Terasa cepatnya waktu menyangkut kepada perasaan
dan pemikiran kita sendiri, dalam hal ini bukan menyangkut pada massa bumi,
cahaya ataupun ruang waktu. Jika itu berpengaruh, mungkin kondisinya sangat
kecil, dan dalam percobaan dapat kita abaikan. (Kayak laporan aja,)
Dalam hal perasaan juga berpengaruh pada
prosesnya kita menjalani waktu tersebut.
Semangat Agak Loyo
Semangat yang Loyo, mempengaruhi kinerja
aktivitas kita perasaan dan pemikiran kita dalam melaksanakan aktivitas satu
hari. Saat kita mulai suatu pagi dengan semangat yang loyo, dan kendor maka
yang ada di fikiran kita adalah kata “Let it Flow, Men! Biarin aja waktunya
berlalu.”, otomatis jika mindsetnya udah gitu hal- hal indah didepan akan
berlalu begitu saja, dan keinginan terbesarnya adalah ingin segera menjamah
tempat tidur di malam hari. Jika fikiran kita sudah kesana, maka hari akan
berlalu begitu saja.
Menantikan suatu hari
“Minggu depan kita akan libur satu Tahun! !”,
apa yang difikirkan kita sebagai mahasiswa mendengar kabar tersebut ? beberapa
orang pasti menggila karena bahagia, Wah. Dan hanya memikirkan hari itu saja,
membiarkan hari- harinya berlalu begitu saja, namun dengan semangat menanti
hari tersebut. Bukan hanya hari libur, tapi hari- hari lainnya yang secara
pribadi merupakan hari yang dinantikan. Jika hari tersebut ada seminggu
didepan, dan fikiran kita hanya focus pada hari itu dan hanya membiarkan hari-
hari berlalu, pasti hari tesebut akan sangat cepat berlalu.
Terlalu larut dalam suatu hal
Asyik maen game, tak terasa waktu sudah berlalu
selama satu jam. Pernah merasakan begitu? Atau jika kita asyik focus pada satu
hal dan menggunakan seluruh kemampuan dan indra kita pada hal tersebut, waktu
akan terasa begitu cepat bukan?
Sedang Aktivitas yang ikut andil dalam penyebab
menjadi singkatnya waktu kita.
Tidur
Tidur merupakan kebutuhan alamah semua makhluk
hidup, namun tidur ini memakan sebagian waktu kehidupan kita. Tentunya kita tak
bisa meninggalkan aktivitas terebut, terkecuali menguranginya dan menggantinya dengan
hal yang lebih bermanfaat. Jika kita memakan waktu 6 jam tiap harinya untuk
tidur, maka dalam satu bulan kita akan menghabiskan satu minggu untuk tidur,
jika kita hidup dalam setahun kita menghabisakan bulan untuk tidur, dan jika umur kita sampai
70 tahun maka kita menghabiskan 18 tahun untuk tidur. Kembali ke hal awal, kita
tak dapat menghindari tidur namun, kita dpat mngurangi dan menggantinya.
Melamun
Sama halnya dengan tak menikmati waktu yang
dikerjakan. Melewatkan hal indah yang melintas didepan mata dan membuarkan waktu
cepat berlalu. Memang dalan waktu ini terkadang ada massa dimana kita taka da kerjaan
sama sekali, ataupun waktu bosan yang akut melanda, saat menunggu angkutan,
atau pun mendengar dosen menjelasan mata kuliah, melamun malah jadi pelarian
untuk membunuh waktu. Namun jika ada hal yang lebih bermanfaat kenapa tak
dikerjakan?
Tak memikirkan apa yang dikerjakan
Pernahkah kita sedang kuliah, namun fikiran kita
sedang makan. Pernahkah kita sedang makan, namun fikiran kita sedang bermain,
pernahkan kita bermain namun, fikiran kita sedang kuliah. Semua aktivitas jadi
hal yang ta pernah djalani seutuhnya, jikalau hanya hanya tubuh saja yang
menjalaninya, dengan fikiran yang entah kemana. Jika kita makan sambil menonton
acara televisi, tubuh kita sedang makan, namun fikiran kita melayang ke
tontonan televise tersebut. Maka hanya tubuh kita yang merasa kenyang, namun
kita tak merasakan enaknya makanan yang tadi kita kunyah. Begitulah dimana
waktu terbuang dengan akifitas yang dijalani dengan tidak ‘sepenuhnya’.
Waktu yang diberikan bagai harta yang harus
dijaga dan dimanfaatkan secara sebaik mungkin. Jika setiap detik waktu adalah
untuk di nikmati, kenapa tidak dinikmati, jika setiap nafas yang dihembuskan
adalah hal yang harus disyukuri, kenapa melewatkan hal yang harus disyukuri.
Waktu yang berlalu begitu cepat, memang relative
jika dipandang sebagai suatu hal yang
positif atau negative. Jika kita memanfaatkan waktu sehingga cepat berlalu
sehingga melewatkan banyak hal yeng bermanfaat bisa dikatakan sebagai membuang
waktu namanya, namun jika kita melewatkan waktu untuk suatu pekerjaan yang
memang harus dikerjakan tanpa bisa ditunda atau mengharuskan kita focus dengannya
maka itu masih relative juga.
Waktu adalah kehidupan itu sendiri, jadi essensi
dari kehidupan kita terlukis di waktu kita sendiri. Dan satu hari adalah miniature
dari seumur hidup kita.
Waktu adalah kehidupan itu sendiri, hidup dalam
setiap nafas yang dihembus sehingga satu detik serasa satu tahun adalah hal
yang lebih baik untuk dilakukan. “Live in Every Breathe”
Jadi apa yang Blog ini lewatkan selama
Agustus-September-Oktober, adalah kehidupan penulis itu sendiri. Apakah waktu
Penulis terbuang? Jawabannya ada di penulis sendiri. Dan bagaimana dengan waktu
anda? Jawabannya tentu bukan ada pada tukang bubur, namun ada pada anda
sendiri.
Kali ini penulis menyadari suatu hal, bahwa ada
hal yang lebih baik dari menunggu tukang bubur, yaitu samperin tukang bubur Langsung! !
-Live in every breathe-
Posted by Unknown in Days, notes
(c) nurhidayat notes 2013. Diberdayakan oleh Blogger.