Dunia,
bumi dalam hal yang lebih luas yaitu semesta jika dilihat dengan cara pandang
kita sendiri hal ini begitu luar biasa, besarnya serta banyak hal didalamnya.
Banyak hal di alam semesta yang membuat kita terkagum- kagum melihat
keindahannya, bagaimana galaksi- galaksi bersinggungan dalam kluster-
klusternya, bintang mengelilingi inti galaksinya, planet- planet berputar dalam
orbitnya dalam bintangnya, serta yang paling luar biasa adalah kehidupan yang
tercipta di Planet Bumi ini, yang kesemua itu entah bagaimana terciptanya.
Dalam hal tersebut, kita akan menyadari betapa Maha Sempurnanya Allah SWT,
Pencipta Yang Paling Baik.
Namun,
kesemua hal yang dapat dilihat oleh mata, dirasakan oleh indra tersebut, meski
dalam jangkauan terjauh dari manusia sebagai pengamat, manusia masih bisa
mempelajarinya dan mengambil hipotesa serta pelajaran atas kejadian dan
fenomena yang terjadi. Namun, saat manusia bertemu dengan fenomena yang tak
dapat dijelaskan dengan metode ilmiah, kesemua itu hanya dapat diungkapkan melalui
kata ‘Keajaiban’, atau ‘Takdir’, dan sebagainya. Padahal fenomena seperti itu
hanyalah sebuah fenomena yang tak bisa dijelaskan oleh logika manusia, atau
mungkin logika yang belum dimengerti manusia.
Jangankan
alam semesta, lihat ke dalam diri sendiri. Dalam diri manusia banyak hal yang
belum bisa dijelaskan, dan belum bisa di eksplor oleh manusia itu sendiri. Otak
manusia yang begitu hebatnya terdiri dari milyaran sel saraf belum dimanfaatkan
secara maksimum oleh manusia, contohnya Einsten yang dapat memanfaatkan 20%
kapasitas otaknya saja sudah dapat berfikir dan menemukan Teori Relativitas
yang begitu rumit, apalagi jika 100% kemampuan otak bisa dimanfaatkan?
Itulah
keterbatasan yang dimiliki manusia dalam meraih ilmu yang ada di alam semesta
ini. Padahal sejauh perkembangan ilmu pengetahuan yang didapatkan hingga hari
ini, hanyalah setetes air diantara air laut ilmu pengetahuan.
Namun,
banyak hal yang kita tanyakan, tentang semesta ini. Bagaimana tercipta,
bagaimana bekerja, dan bagaimana akan berakhir.
Awal Mula
Semesta
yang kita lihat saat ini terbentuk dari suatu dentuman besar yang dinamakan BIg
Bang. Dimana pada mulanya semseta berawal dari suatu titik singularitas
(kesatuan) dimana belum ada logika sebab akibat, awal akhir, hukum fisika,
perbandingan dan sebagainya, kesemuanya terkumpul hanya pada satu titik, hingga
Allah Swt menjadikannya Meledak, dan berpencar ke segala arah dalam hitungan
mikrodetik, dalam 6 fase semesta diciptakan dan dikembangkan bagai mawar yang
sedang merekah, berkembang dan terus berkembang hingga terjadi seperti saat
seperti ini.
Pada
proses itulah dimana Materi terbentuk, berawal dari partikel- partikel
primitive dalam hitungan mikrodetik, berubah menjadi partikel, electron, proton
dan tergabunglah dalam suatu kesatuan atom sehingga membemtuk unsur, unsur
Hidrogen dan Helium yang paling pertama terbentuk setelah beberapa waktu dengan
reaksi nuklir terbentuklah unsur yang lebih berat, dan juga unsur logam. Unsur-
unsur tersebut lalu membentuk nebula, bintang, planet, asteroid dan benda-
benda angkasa yang lainnya.
Pada
awal dentuman besar itulah waktu mulai dijalankan, serta dengan terciptanya
cahaya, berupa gelombang elektromagnetik Nampak yang menerangi semesta,
menghilangkan singularitas serta menjadikan perbedaan Nampak oleh indra kita,
dimana jika tidak ada cahaya maka semua hal di alam semesta ini akan Nampak
sama semua, gelap.
Hukum
semesta dijalankan, berupa hukum fisika. Atom mempunyai sifat massa, berkumpul
dan membentuk materi yang bersifat massif, menjadikan gravitasi tercipta dan
secara teori relativitas akan membelokkan cahaya sehingga tercipta distorsi
Ruang- Waktu.
Dan
begitulah seterusnya Semesta berkembang sesuai hukum yang ditetapkan oleh Allah
sehingga terbentuk semesta yang seperti kita lihat.
Matter
Alam
semesta ini seperti yang kita lihat terisi oleh materi, serta energi tampak
yang begitu banyak, namun energy dan materi yang tampak hanyalah sebagian kecil
penyusun alam semesta, sebagian yang lain yang lebih banyak menyusun semesta
adalah Dark Matter, dan Dark Energy yang belum diketahui seperti apa. Namun
keberadaanya dibuktikan dengan teraturnya susunan antar galaksi dan kluster
yang tak berubah- rubah, melainkan ada energy yang menjaga diantaranya agar
tetap dalam posisi yang sama meski alam semesta berkembang dengan kecepatan
yang luar biasa.
Allah,
menciptakan hal di dunia ini hanyalah fana belaka, fana secara etimologis
berarti rusak, lebih lanjut lagi fana berarti tidak ada. Jika ditilik lebih
lanjut, jika kita melihat sebuah Batu di lihat secara mikroskopis, batu
tersebut tersusun dari senyawa mineral, senyawa mineral tersusun dari unsur-
unsur, unsur atom sendiri tersusun atas proton, neutron, dan electron. Menurut
teori Ketidakpastian Heisenberg, kemungkinan menemukan electron dalam satu atom
adalah 1%, dikarenakan 99% atom terdiri atas ruang hampa, jika kita melihat
suatu unsur itu terlihat keras itu hanyalah berasal dari getaran electron yang
berputar- putar mengelilingi inti atom dengan cepat, sehingga menimbulkan sifat
tersebut, dan jika di lihat lebih lanjut electron, electron sendiri tersusun
atas getaran- getaran energy. Dan apakah energy itu terlihat?
Jika
di depan anda ada laptop, apakah laptop anda itu nyata/ada? 99% dari bagian
laptop anda adalah ruang hampa, berarti 99% kemungkinan laptop didepan anda itu
tidak ada, kemungkinan yang mendekati
99% itu dianggap benar, berarti laptop anda sebenarnya tidak ada, anda juga
tidak ada, penulis tidak ada, dunia ini tidak ada. Lalu kita dimana? Kita apa?
Siapa? Bagaimana?
Cahaya,
gelombang elektromagnetis yang berupa energy yang dipancarkan atom yang
tereksitasi menembus ruang, udara, menyentuh atom dikulit kita yang bergerak
begitu cepatnya dan terpantul, tertangkap oleh indera mata kita. Kita masih
terlihat oleh indera mata kita dan orang lain, kita bisa meyakinkan diri kita
sendiri kalau kita eksis.
Unknown Things
Dalam
kenyataanya sendiri, alam ini menyimpan hal yang belum bisa terungkapkan
sebelumnya. Manusia sebagai makhluk kecil diantara alam semesta yang begitu
luasnya, hanya bisa menjangkau apa yang sejauh ia jangkau. Semenjak dahulu
kala, manusia dengan akal fikirannya mencoba untuk mengeksplor apa yang
disekelilingnya. Dirinya sendiri, lingkungannya dan alam semesta. Namun, indra
manusia sebagai acuannya sendiri mempunyai batasnya, dan juga alat yang diciptakannya
juga ada batasnya tersendiri.
Dalam
mengeksplor suatu fenomena, kita tidak bisa tepat menyimpulkan sebab akibat
kejadian itu serta apa yang terjadi didalamnya. Misalkan saja kita terapkan
dalam pengukuran, dalam pengukuran suhu missal, suhu yang di ukur tidak selalu
tepat dengan apa yang ditampilkan di thermometer dikarenakan ada hukum
yang mengatur kondisi sistemya, dan juga
alat ukur itu sendiri diatur oleh hukum tersebut. Hukum perpindahan kalor yang
terjadi menyebabkan ada waktu jeda di mana tampilan di thermometer tidak selalu
tepat dengan suhu yang sebenarnya. Itu adalah contoh yang sederhana, yang
menjadikan keadaan menjadi relative.
Dalam
melihat cahaya, di lingkungan sekitar kita missal. Cahaya adalah gelombang
elektromagnetik yang memiliki panjang yang bervariasi, namun range panjang
gelombang cahaya yang bisa dilihat manusia hanya pada panjang gelombang cahaya
optik saja.yaitu antara 400nm sampai 700nm. Kurang dari itu adalah golongan
cahaya inframerah, dan lebih dari itu adalah cahaya ultraviolet.
ungu
|
380-450
nm
|
|
biru
|
450-495
nm
|
|
hijau
|
495-570
nm
|
|
kuning
|
570-590
nm
|
|
jingga
|
590-620
nm
|
|
merah
|
620-750
nm
|
|
pink
|
1000-000
nm
|
|
Selebihnya
adalah cahaya yang tak dapat kita lihat. Dan cahaya juga adalah pengantar
informasi lingkungan kita dengan indra kita, maka jika ada cahaya yang tak
dapat kita lihat, tentu ada sesuatu hal yang tak dapat kita lihat pula.
Begitu
halnya dengan gelombang suara, suara sendiri teentuk atas getaran- getaran yang
memiliki frekuensi yang berbeda- beda. DImana semua suara yang kita dengar
adalah hasil dari sensor saraf pendengaran kita yang merespon getaran
tersebut. Dan hanya sebagian saja
frekuensi suara yang dapat kita dengar, yaitu antara 20- 20.000 Hz, dibawah
frekuensi itu merupakan frekuensi infrasonic, dan lebih dari itu adalah
frekuensi ultrasonic. Kelelawar
menggunakan frekuensi 100.000 hz untuk navigasi terbangnya, anjing dapat
mendengar hingga frekuensi 40.000hz, kucing memiliki kepekaan antara frekuensi
100 sampai 60.000hz. kudanil menggunakan frekuensi infrasonik 5hz untuk
berkomunikasi dengan sesama kudanil. gajah dapat menangkap frekuensi dari
1-20.000hz.
Dan, sebagai manusia kita bisa
berbicara bahwa ada suara yang tak bisa kita jangkau.
Dari hal diatas kita dapat
menyimpulkan bahwa ada di dunia ini hal yang tak bisa manusia lihat, dan juga
ada yang tak dapat manusia dengar. Masih ada ranah yang belum dapat manusia
jangkau dengan indranya, maupun alatnya.
Tentu kita sendiri mengetahui bahwa
ada hal yang tak dapat kita jangkau dengan indra kita, dan itu adalah suatu
keadaan yang berhubungan langsung bukan hanya dengan aspek logika dalam diri
kita namun, menyangkut kedalam aspek spiritual dalam diri kita.
Dalam diri ini terdapat jasad
materi, dan nonmateri yang menyusunnya, layaknya hardware dengan software dalam
computer. Dan disekitar kita ini ada hal yang tak dapat kita lihat sesuatu yang
‘ajaib’, dan magis yang tak dapat dipecahkan secara logika, namun ia ada.
Misalkan saja jin, setan, malaikat, dan sebagainya.
Sesuatu yang tak terlihat itu sejak
zaman dahulu kala sudah ada, dan respon manusia terhadap hal itu adalah. Mereka
menanggap itu keajaiban (gaib), logika yang belum dipecahkan, dan sebagian
menganggapnya tidak ada.
Dengan adanya panjang gelombang
cahaya, dan frekuensi suara yang tak dapat kita jangkau. Masihkah kita tidak
percaya dengan hal yang tak terlihat tersebut?
tobe continued
(c) nurhidayat notes 2013. Diberdayakan oleh Blogger.